Akhirnya sempet bikin postingan blog lagi setelah sekian lama. Maklum lagi ngurusin negara api yang sedang kacau balau wkwkwkwk. Eh engg...tapi ya bukan karena sibuk atau sok sibuk bener siiiih...tapi lagi asik mesra dengan temen lama yang bernama MALES aja sihhhh... *mojok sambil gigitin sprei*.
Sebenernya topik postingan kali ini mungkin udah banyak yang tau (biar gak dibilang basi aja sih...) tetapi kan gak ada salahnya mengulang. Yaaa...macem matakuliah gitu tuh, alesannya memperdalam...tapi sebenernya kalo blom ngulang 3 kali belum lulus afdooool...*curcol mode on*.
Beberapa waktu yang lalu mungkin banyak yang sudah tau kalo Snapdragon 810 dilanda masalah overheating sehingga SoC yang seharusnya menjadi SoC terkencang didunia pada saat itu malah sering nge-lag ketika digunakan. Bahkan Samsung dengan tegas menolak menggunakan chipset ini pada smartphone flagshipnya saat itu yaitu Galaxy S6 dan S6 edge. Namun, beberapa perusahaan lain masih belum menyerah menjinakkan semburan panas sang naga. OnePlus 2, terpaksa men-downclock clockspeed SoC ini untuk mengurangi panas berlebih yang dihasilkannya. FYI, pada kondisi standard SoC ini mempunyai clcokspeed core Cortex-A57 nya hingga 2.0Ghz sedang pada OnePlus 2 hanya samapi 1,8Ghz saja. Bahkan Xperia Z5 hingga menggunakan 2 heatpipe untuk mengakali panas yanag ditimbulkan. Namun demikian pihak Sony tetap menyertakan suatu peringatan yang menyatakan bahwa Xperia Z5 ini menghasilkan panas yang berlebih dan ada kemungkinan penurunan performa saat hal itu terjadi.
Ternyata panas berlebih tersebut memang berimbas pada performanya. Hal ini terbukti dengan rendah dan anjlognya nilai benchmark sintetik-nya. Nilai Antutu OnePlus 2 pada review gsmarena.com hanya 47-ribuan saja kalah dengan LG G4, hingga 49-ribuan, yang "hanya" menggunakan SoC Snapdragon 808. SoC ini hanya memiliki 2 core Cortex A57 dengan clcokspeed maksimal 1,8Ghz sedangkan SD810 memiliki 4 core yang sama dengan clockspeed yang lebih tinggi.
Performa yang lebih rendah ini disebabkan oleh throttling yang lebih agresif pada SD810 dibanding SD808. Throttling berarti melambatkan dengan sengaja dan dalam hal ini terjadi karena panas yang berlebih. Setiap SoC Snapdragon memiliki thermal engine yang bertugas mengatur kapan throttling akan terjadi dan kapan SoC akan kembali ke kecepatan normalnya. Kapan disini adalah bukan kapan waktu jam menit atau detik tetapi temperatur. Pada saat smartphone digunakan, prosesor akan memproses input yang dilakukan. Saat input ringan, seperti penggunaan harian sms, telfon, chat, maka beban yang prosesor tidak terlalu berat sehingga kenaikan tempertatur tidak terlalu tinggi sehingga throttling kemungkinan tidak terjadi. Akan tetapi ketika input yang diberikan itu berat, seperti game dengan grafis detail, maka beban prosesor akan berat sehingga kenaikan temperatur yang tinggi tidak dapat dihindari. Pada saat itulah throttling terjadi, maksimum clockspeed prosesor akan melambat. Clockspeed prosesor yang dibatasi merupakan satu cluster, bisa pada big cluster (core Cortex A57) dan atau pada little cluster (core Cortex A53). Clockspeed prosesor akan kembali ke semula jika panas turun hingga hingga tempertur tertentu. Proses throttling ini sendiri melibatkan sensor temperatur yang terdapat dalam smartphone. Sensor-sensor temperatur apa saja yang ada dalam sebuah smartphone dapat diketahui melalui aplikasi CPU-Z yang dapat diunduh di GooglePlay dan tidak semua sensor tersebut dijadikan parameter dalam proses throttling, jadi hanya beberepa saja.
Sebenarnya throttling ini terjadi demi kenyamanan pengguna juga. Bayangkan apa yang terjadi ketika menggunakan sebuah smartphone yang powerfull tetapi panas. Ibarat mengendarai sebuah mobil balap tetapi yang dipegang adalah knalpotnya wkakakakkakakak....
Sayangnya, throttling pada beberapa smartphone tertentu terjadi sangat agresif, sehingga saat digunakan untuk light-middle task saja throttling sudah terjadi. Hal ini akan berakibat fatal ketika digunakan untuk heavy task. Performa prosesor yang sudah turun saat mengerjakan tugas ringan dipaksa mengerjakan tugas berat maka yang terjadi adalah lag parah. Untuk game berat (biasanya dengan detail grafis yang tinggi), game tersebut bisa sangat tidak nyaman dimainkan karena bukan hanya frame skipping/drop yang terjadi tetapi benar-benar lag atau bahkan sangat patah-patah. Jika sudah demikian, prossesor yang powerfull tersebut malah terlihat letoy dan kurang bertenaga. Beberapa developer berusaha mengakali hal ini dan memang berhasil tetapi dengan konsekuensi panas yang dirasakan tangan saat smartphone digunakan untuk heavy task lebih berasa. Untuk sebagian orang hal ini membuat smartphone dirasa tidak nyaman untuk digunakan.
Tetapi bagi jamaah Antutudiyah (ngutip dari SobatHape...wkwkwkwk...), kadang throttling ini hanya diakali saat akan digunakan untuk benchmark Antutu dan setelah itu dikembalikan lagi seperti semula atau dimodif tetapi dengan panas yang lebih bisa diterima (throttling tetap terjadi) dengan demikian skor Antutu yang diperoleh saat benchmark akan tinggi.
Nah, sekarang jadi lebih tau donk apa itu throttling dan mengapa ketika panas performa prosessor terutama Snapdragon menurun. Kalo untuk gimana memodif throttling akan diulas lebih jauh pada posting berikutnya yaaaa... (semoga gak mesra-mesraan lagi ama kasur & guling alias MALES) T_T.
Performa yang lebih rendah ini disebabkan oleh throttling yang lebih agresif pada SD810 dibanding SD808. Throttling berarti melambatkan dengan sengaja dan dalam hal ini terjadi karena panas yang berlebih. Setiap SoC Snapdragon memiliki thermal engine yang bertugas mengatur kapan throttling akan terjadi dan kapan SoC akan kembali ke kecepatan normalnya. Kapan disini adalah bukan kapan waktu jam menit atau detik tetapi temperatur. Pada saat smartphone digunakan, prosesor akan memproses input yang dilakukan. Saat input ringan, seperti penggunaan harian sms, telfon, chat, maka beban yang prosesor tidak terlalu berat sehingga kenaikan tempertatur tidak terlalu tinggi sehingga throttling kemungkinan tidak terjadi. Akan tetapi ketika input yang diberikan itu berat, seperti game dengan grafis detail, maka beban prosesor akan berat sehingga kenaikan temperatur yang tinggi tidak dapat dihindari. Pada saat itulah throttling terjadi, maksimum clockspeed prosesor akan melambat. Clockspeed prosesor yang dibatasi merupakan satu cluster, bisa pada big cluster (core Cortex A57) dan atau pada little cluster (core Cortex A53). Clockspeed prosesor akan kembali ke semula jika panas turun hingga hingga tempertur tertentu. Proses throttling ini sendiri melibatkan sensor temperatur yang terdapat dalam smartphone. Sensor-sensor temperatur apa saja yang ada dalam sebuah smartphone dapat diketahui melalui aplikasi CPU-Z yang dapat diunduh di GooglePlay dan tidak semua sensor tersebut dijadikan parameter dalam proses throttling, jadi hanya beberepa saja.
Sebenarnya throttling ini terjadi demi kenyamanan pengguna juga. Bayangkan apa yang terjadi ketika menggunakan sebuah smartphone yang powerfull tetapi panas. Ibarat mengendarai sebuah mobil balap tetapi yang dipegang adalah knalpotnya wkakakakkakakak....
Sayangnya, throttling pada beberapa smartphone tertentu terjadi sangat agresif, sehingga saat digunakan untuk light-middle task saja throttling sudah terjadi. Hal ini akan berakibat fatal ketika digunakan untuk heavy task. Performa prosesor yang sudah turun saat mengerjakan tugas ringan dipaksa mengerjakan tugas berat maka yang terjadi adalah lag parah. Untuk game berat (biasanya dengan detail grafis yang tinggi), game tersebut bisa sangat tidak nyaman dimainkan karena bukan hanya frame skipping/drop yang terjadi tetapi benar-benar lag atau bahkan sangat patah-patah. Jika sudah demikian, prossesor yang powerfull tersebut malah terlihat letoy dan kurang bertenaga. Beberapa developer berusaha mengakali hal ini dan memang berhasil tetapi dengan konsekuensi panas yang dirasakan tangan saat smartphone digunakan untuk heavy task lebih berasa. Untuk sebagian orang hal ini membuat smartphone dirasa tidak nyaman untuk digunakan.
Tetapi bagi jamaah Antutudiyah (ngutip dari SobatHape...wkwkwkwk...), kadang throttling ini hanya diakali saat akan digunakan untuk benchmark Antutu dan setelah itu dikembalikan lagi seperti semula atau dimodif tetapi dengan panas yang lebih bisa diterima (throttling tetap terjadi) dengan demikian skor Antutu yang diperoleh saat benchmark akan tinggi.
Nah, sekarang jadi lebih tau donk apa itu throttling dan mengapa ketika panas performa prosessor terutama Snapdragon menurun. Kalo untuk gimana memodif throttling akan diulas lebih jauh pada posting berikutnya yaaaa... (semoga gak mesra-mesraan lagi ama kasur & guling alias MALES) T_T.
Wuhh postingan nya mantul banget gan (mantap betul😂)bahasanya gampang banget dipahami jadi ane tau dikit" tentang throttling...
ReplyDeletePeace..✌
Btw kalo snapdragon 810 ga pake throttling suhu nya nyampe berapa yak...mungkin kaya setrika portable kali yak wkwkw 😂
Delete